Waktu-waktu ku adalah
menenun ilmu yang mampu menatah ku hingga tingginya cita
Merangkai jurang damai
dengan lelaki elok nan tampan
Bercumbu dengan
seonggok masalah yang memanah,
lebih menggoda dan nikmat
dari pada berdekap penuh peluh
Goresan penaku yang
melukis indah kata di atas selembar jodohnya,
lebih nikmat dari
harumnya leher
Untuk ku lebih manis
menuang waktu yang berkomposisikan ilmu
Dari pada lelaki yang
berbaur dengan syair lagu
Keadaan ini sungguh
seperti berada di lubang jarum kata mu
Namun terasa seperti
medan nan luas bagiku
Ambilah semua dunia mu
dengan membiarkan ku terasing
Karena aku tetap merasa
orang yang paling kaya meski kau membiarkanku dalam ketidak punyaan
Waktu mengeluh atas
nama mu karena waktu mu telanjang
Sedang waktu ku
berseragam
Kau tak mampu mebuat
harapan mu menjadi perisai atas ancaman putus asamu
Hai orang yang ingin
menyamai tahta ku lewat angan semu nan pucat
Benar jauh bentangan
jarak antara yang diam dan terus mendaki
Apakah aku yang tidak
menginyam lelap selama 3 purnama sedang engkau sebaliknya
Setelah itu kau ingin
menyamai derajat ku.
Kau bagaikan kamuflase
yang tercengang melihat pagi menjelma siang menjadi malam.
Mengharap sepercik air
dari uggukan api.
No comments:
Post a Comment